STORYPOS – Sebagai umat Muslim harus menunjukkan kata-kata yang baik dalam bicara. Berikut ini adalah beberapa etika berbicara yang dituntun agama Islam:
1. Berkata Baik Atau Diam
Adab Nabawi dalam berbicara adalah
berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berkata-kata. Setelah
direnungkan bahwa kata-kata itu baik, maka hendaknya ia mengatakannya.
Sebaliknya, bila kata-kata yang ingin diucapkannya jelek, maka hendaknya ia menahan
diri dan lebih baik diam.
2. Sedikit Bicara Lebih Utama
Orang yang senang berbicara
lama-lama akan sulit mengendalikan diri dari kesalahan. Kata-kata yang meluncur
bak air mengalir akan menghanyutkan apa saja yang diterjangnya, dengan tak
terasa akan meluncurkan kata-kata yang baik dan yang buruk. Ka-rena itu Nabi
Shallallaahu alaihi wa Salam melarang kita banyak bicara.
3. Dilarang Membicarakan Setiap yang
Didengar
Dunia kata di tengah umat manusia
adalah dunia yang campur aduk. Seperti manusianya sendiri yang beragam dan
campur aduk; shalih, fasik, munafik, musyrik dan kafir. Karena itu, kata-kata
umat manusia tentu ada yang benar, yang dusta; ada yang baik dan ada yang
buruk. Karena itu, ada kaidah dalam Islam soal kata-kata, ‘Siapa yang
membicarakan setiap apa yang didengarnya, berarti ia adalah pembicara yang
dusta’. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam.
4. Jangan Mengutuk dan Berbicara
Kotor
Mengutuk dan sumpah serapah dalam
kehidupan modern yang serba materialistis sekarang ini seperti menjadi hal yang
dianggap biasa. Seorang yang sempurna akhlaknya adalah orang yang paling jauh
dari kata-kata kotor, kutukan, sumpah serapah dan kata-kata keji lainnya. Maka
kita menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah orang
yang berbicara.
5. Jangan Senang Berdebat Meski Benar
Saat ini, di alam yang katanya
demokrasi, perdebatan menjadi hal yang lumrah bahkan malah digalakkan. Ada
debat calon presiden, debat calon gubernur dan seterusnya. Pada kasus-kasus
tertentu, menjelaskan argumentasi untuk menerangkan kebenaran yang berdasarkan
ilmu dan keyakinan memang diperlukan dan berguna.
Tetapi, berdebat yang didasari
ketidaktahuan, ramalan, masalah ghaib atau dalam hal yang tidak berguna hanya
membuang-buang waktu dan berpengaruh pada retaknya persaudaraan dan menimbulkan
permusuhan.
6. Dilarang Berdusta Untuk Membuat
Orang Tertawa
Dunia hiburan (entertainment)
menjadi dunia yang digemari oleh sebagian besar umat manusia. Salah satu jenis
hiburan yang digandrungi orang untuk menghilangkan stress dan beban hidup yang
berat adalah lawak. Dengan suguhan lawak ini orang menjadi tertawa
terbahak-bahak, padahal di dalamnya campur baur antara kebenaran dan kedustaan,
seperti memaksa diri dengan mengarang cerita bohong agar orang tertawa. Mereka
inilah yang mendapat ancaman melalui lisan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam dengan sabda beliau:
“Celakalah orang yang berbicara
lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Celakalah dia, dan celakalah
dia!” (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani).
7. Hendaknya berbicara dengan suara
yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah.
Ungkapannya jelas dapat dipahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau
dipaksakan.
8. Jangan membicarakan sesuatu yang
tidak berguna. Hadis Rasulullah saw menyatakan, “Termasuk kebaikan islamnya
seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah).
9. Tenang dalam berbicara dan tidak
tergesa-gesa. Aisyah ra telah menuturkan, “Sesungguhnya Nabi apabila
membicarakan sesuatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya,
niscaya ia dapat mengihitungnya.” (Muttafaq ‘alaih).
10. Menghindari perbuatan menggunjing
(ghibah) dan mengadu domba. Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (QS. Al-Hujarat: 12).
11. Mendengarkan pembicaraan orang
lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu
mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak mengganggap rendah pendapatnya atau
mendustakannya.
12. Menghindari perkataan kasar,
keras, dan ucapan yang menyakitkan perasaan, dan tidak mencari-cari kesalahan
pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang
kebencian, permusuhan, dan pertentangan.
Ambillah pelajaran hai orang yang
mempunyai pandangan. Allahu A’lam.
Sumber : Dakwatuna | Storypos :Ragam Cerita Kehidupan