Kisah Atha’ bin Yasar yang Digoda Wanita Cantik


STORYPOSSuatu ketika Atha’ bin Yasar[1] dan Sulaiman bin Yasar keluar dari Madinah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka tidak hanya berdua, tetapi bersama robingan. Setibanya di daerah Abwa’, mereka mendirikan kemah dan beristirahat. Untuk mengisi waktu kosong, Sulaiman dan sahabat-sahabatnya yang lain keluar seambil mencari sesuatu yang dibutuhkan, sementara Atha’ tinggal sendirian di dalam kemah sambil mengerjakan shalat. Tiba-tiba seorang wanita pedesaan yang sangat cantik masuk ke dalam kemah. Atha’ mengira wanita itu butuh sesuatu.

Selesai shalat, Atha’ bertanya kepadanya, “Adakah sesuatu yang bisa kubantu?”
Wanita itu menjawab, “Iya.”
Atha’ bertanya lagi, “Apa itu?”
Wanita itu menjawab, “Bangunlah. Mari kita bercinta. Aku sudah lama tidak merasakannya. Suamiku sudah lama meninggal.”
Mendengar permintaan yang tak disangka-sangka itu, Atha’ kaget dan berkata, “Keluarlah dari sini. Jangan kau jerumuskan diriku ke neraka.”

Sekilas, Atha’ melihat wajah sang wanita. Di dalam hati Atha’ mengakui bahwa ia memang seorang wanita yang mempesona. Wanita itu tetap tidak mau keluar, bahkan ia terus merayu dan membujuk Atha’ untuk memenuhi hajatnya, tetapi Atha’ berkata sambil menangis, “Menyingkirlah kamu dari hadapanku. Aku mohon menyinkirlah!” Tangisan Atha’ semakin memilu. Melihat itu, sang wanita juga tidak tega dan akhirnya ikut menangis juga.

Tidak lama setelah itu, Sulaiman masuk ke dalam kemah. Ia terkejut karena melihat Atha’ dan seorang wanita sama-sama menangis di sudut kemah. Didorong rasa sedih melihat keduanya, Sulaiman pun ikut menangis. Di dalam hati ia bertanya tak mengerti kenapa keduanya menangis. Sahabat-sahabat Sulaiman pun ikut masuk ke dalam kemah untuk melihat apa yang terjadi. Tidak seorang pun dari mereka yang masuk ke dalam kemah kecuali ikut menangis setelah melihat keduanya menangis. Anehnya, tidak satu pun dari mereka yang berani menanyakan apa yang menyebabkan mereka berdua menangis.

Akhirnya, kemah itu dipenuhi oleh tangisan. Wanita itu baru sadar bahwa di seklilingnya banyak orang yang menangis. Ia kemudian bangkit dan keluar. Orang-orang di dalam pun ikut keluar, kecuali Sulaiman. Meski di dalam kemah tinggal berdua, tetapi Sulaiman tetap tidak berani bertanya kepada Atha’ mengenai sesuatu yang menyebabkannya menangis. Sulaiman sangat menghormati dan memuliakan Atha’, karena ia adalah kakak tertuanya.

Setelah itu, keduanya berangkat menuju Mesir untuk menunaikan suatu hajat. Mereka bermalam di sana. Tiba-tiba di tengah malam yang gelap gulita, Atha’ bangun sambil menangis. Sulaiman bertanya kepada Atha’, “Ada apa kakakku? Kulihat engkau menangis.”
Atha’ menjawab, “Aku bermimpi sesuatu.”
Sulaiman penasaran. Ia bertanya, “Apa yang kau mimpikan.”
Atha’ berkata, “Janganlah kamu bercerita kepada siapa pun selagi aku masih hidup. Aku mimpi bertemu bertemu Nabi Yusuf. Aku coba memerhatikannya dalam-dalam. Tiba-tiba air mataku menetes. Begitu melihatku menangis, ia bertanya kepadaku, “Apa yang membuatmu menangis, Atha’?”

Aku jawab, “Demi ayah, ibu dan juga engkau wahai Nabiyullah. Aku jadi teringat kisahmu yang dirayu oleh istri Raja Aziz (Zulaikha), ujian yang menimpamu hingga menyebabkanmu di penjara, dan perpisahanmu yang begitu lama dengan sang ayah (Nabi Yaqub). Teringa itu semua, tak terasa air mataku menetes. Sungguh, aku takjub dengan kesabaranmu.”

Nabi Yusuf kemudian berkata, “Tidakkah kamu takjub terhadap laki-laki yang digoda oleh wanita pedesaan di Abwa’ itu?”
Kucoba mengingat-ingat laki-laki yang dimaksudkan beliau dan ternyata itu aku. Itulah yang menyebabkanku bangun dan menangis.”
Sulaiman bertannya, “Bagaimana kisahnya, wahai waudaraku?”
Atha’ kemudian menceritakan kisahnya dari awal hingga selesai. Sesuai permintaan Atha’, Sulaiman pun tidak pernah menceritakan hal itu hingga Atha’ meninggal dunia. Kisah ini tidak tersebar di madinah kecuali setelah Sulaiman bin Yasar meninggal dunia.

Kisah ini diambil dari kitab; Dzammul Hawa, Ibnul Jauzi, hal. 254-255.



[1] Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Atha’ bin Yasar (19-103 H). Ia adalah budak Maimunah, istri Rasulullah. Ia saudara kandung Sulaiman, Abdul Malik dan Abdullah bin Yasar. Ia dilahirkan pada tahun 19 H. ia banyak meriwayatkan hadits dari para sahabat. Ia pernah datang ke Syam dan Mesir. Ia termasuk orang yang ahli berkisah, ahli ibadah dan memiliki kemuliaan. Ia meninggal di Iskandaria. (Ats-Tsiqat (V/199), Tahdzib Al-Kamal (XX/125)